Etika AI dan Peran Media dalam Perlindungan Anak
Di era digital yang berkembang pesat, kecerdasan buatan (AI) hadir sebagai solusi inovatif dalam berbagai bidang, termasuk perlindungan anak dari eksploitasi online. Namun, penerapan teknologi ini juga memunculkan dilema etis, seperti isu privasi, akuntabilitas, hingga potensi diskriminasi. Dalam konteks ini, media memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman publik terhadap manfaat dan risiko AI dalam isu perlindungan anak.
Sebuah studi yang menganalisis 200 artikel media di Amerika Serikat dari tahun 2018 hingga 2023 mengungkap bagaimana wacana media mengalami perubahan dari optimisme teknologi menuju diskusi yang lebih kritis dan seimbang. Peran media dalam mengarahkan persepsi publik ternyata turut memengaruhi arah kebijakan dan ekspektasi terhadap penerapan AI di bidang yang sangat sensitif ini.
Dari Solusi Teknologi ke Isu Etika
Pada tahap awal, media menggambarkan AI sebagai “senjata utama” dalam melawan kejahatan seksual terhadap anak. Narasi penuh semangat dan heroik ini didominasi oleh istilah-istilah seperti “pertempuran” atau “perang digital.” Namun, di balik optimisme tersebut, muncul pertanyaan kritis: apakah teknologi ini benar-benar aman dan adil?
Sejak 2021, wacana media mulai menyoroti risiko kesalahan deteksi (false positives), pelanggaran privasi, dan minimnya akuntabilitas. Algoritma AI yang kompleks dan sulit diawasi disebut sebagai “kotak hitam” yang dapat menyulitkan pelacakan jika terjadi kesalahan. Media juga mulai mengangkat dilema antara keamanan dan kebebasan digital sebagai pertukaran yang tidak selalu seimbang.
Siapa yang Terdengar dalam Wacana Ini?
Analisis juga menunjukkan bahwa media lebih sering memberi panggung kepada perusahaan teknologi dan penegak hukum. Sebaliknya, suara anak-anak, keluarga, dan komunitas terdampak sangat jarang muncul. Hal ini menciptakan ketimpangan representasi, di mana mereka yang sebenarnya paling terdampak justru tidak mendapat ruang untuk bersuara.
Media kerap menggambarkan advokat privasi sebagai pihak yang skeptis terhadap AI, sementara mereka menampilkan organisasi perlindungan anak sebagai pendorong utama adopsi teknologi. Ketimpangan ini mendorong media untuk menghadirkan representasi yang lebih adil dan beragam, sehingga pihak-pihak yang memiliki kekuatan teknologi atau kebijakan tidak mendominasi diskusi mengenai AI.
Menuju Tata Kelola AI yang Lebih Etis
Wacana media yang mulai menekankan perlunya kerangka tata kelola AI menunjukkan kematangan diskursus publik. Media mendorong pembentukan kebijakan yang lebih transparan, akuntabel, dan adil, termasuk melalui audit teknologi, pengawasan independen, dan pelibatan publik dalam pengambilan keputusan.
Lebih jauh, keterlibatan langsung dari anak dan keluarga sebagai pengguna akhir teknologi juga sangat penting. Perspektif mereka dapat membantu mengevaluasi sejauh mana AI benar-benar membantu atau justru menciptakan masalah baru dalam konteks perlindungan anak.
Jika kamu memiliki penelitian tentang teknologi, etika AI, atau perlindungan anak di era digital, IDSCIPUB siap mendampingi proses publikasimu. Kami membantu dari penyusunan naskah hingga terbit di jurnal ilmiah bereputasi, nasional maupun internasional.
Source : https://www.ilomata.org/index.php/ijss/article/view/1277