Jl. RP. Soeroso No. 25 9, Jakarta Pusat journal@idscipub.com
Berita

Otonomi Kerja dan Kinerja Guru dalam Kurikulum Merdeka Belajar

Otonomi Kerja dan Kinerja Guru dalam Kurikulum Merdeka Belajar

Di era globalisasi, sistem pendidikan dituntut untuk melahirkan sumber daya manusia yang kompetitif dan adaptif. Di Indonesia, salah satu terobosan besar dalam menjawab tantangan tersebut adalah peluncuran Kurikulum Merdeka Belajar pada tahun ajaran 2021/2022. Kurikulum ini menekankan pembelajaran berbasis proyek yang relevan dengan kebutuhan nyata. Keberhasilan implementasi Kurikulum Merdeka Belajar bergantung pada kinerja guru, yang meningkat ketika pemangku kepentingan memberikan otonomi kerja yang memadai.

Guru tidak lagi hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai inovator pembelajaran. Agar dapat berperan maksimal, mereka membutuhkan kebebasan dalam memilih metode, mengatur ritme, dan menyesuaikan strategi pengajaran dengan kebutuhan siswa. Peneliti mengkaji sejauh mana otonomi kerja guru berpengaruh terhadap kinerja mereka dalam menjalankan Kurikulum Merdeka Belajar.

Metodologi Penelitian

Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan teknik sampling acak proporsional, melibatkan 100 guru SMA dari dua sekolah negeri di Kota Bandung, yaitu SMAN 12 dan SMAN 2. Peneliti menggunakan kuesioner yang telah divalidasi dan diuji reliabilitasnya sebagai instrumen pengumpulan data. Peneliti menganalisis data dengan pendekatan deskriptif dan regresi sederhana menggunakan SPSS versi 26.

Hasil Penelitian

  • Sebagian besar guru berada pada kategori otonomi kerja dan kinerja sedang, masing-masing sebesar 52% dan 50%.

  • Uji regresi menunjukkan nilai t-hitung sebesar 6,154 dengan signifikansi 0,000, yang menandakan hubungan positif dan signifikan antara otonomi kerja dan kinerja guru.

  • Guru dengan tingkat otonomi tinggi mampu menjalankan tugas pengajaran dan manajerial secara lebih efisien dan adaptif terhadap kebutuhan pembelajaran.

Diskusi dan Implikasi

Pemberian otonomi kerja kepada guru terbukti mampu meningkatkan motivasi intrinsik, kepuasan kerja, dan kinerja secara keseluruhan. Dalam konteks Kurikulum Merdeka Belajar, guru yang diberi ruang untuk berkreasi lebih bebas cenderung mampu menciptakan lingkungan belajar yang inovatif dan partisipatif.

Namun, otonomi tanpa dukungan juga dapat berdampak negatif, seperti stres atau kelelahan. Maka, penting bagi pemangku kepentingan untuk memberikan dukungan struktural dan emosional, seperti pelatihan berkelanjutan, akses ke sumber daya, serta kepemimpinan yang suportif.

Penelitian ini menunjukkan bahwa otonomi kerja berperan signifikan dalam meningkatkan kinerja guru, khususnya dalam penerapan Kurikulum Merdeka Belajar. Pemberi kebijakan yang memberdayakan guru melalui otonomi turut membuat guru merasa dihargai dan lebih bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya secara inovatif dan efisien. Oleh karena itu, pemangku kepentingan perlu memberikan dukungan nyata agar otonomi tidak menimbulkan beban kerja yang berlebihan.

Apakah Anda meneliti Kurikulum Merdeka Belajar, otonomi guru, atau strategi peningkatan kualitas pendidikan? IDSCIPUB siap membantu Anda mempublikasikan hasil penelitian ke jurnal ilmiah nasional dan internasional bereputasi. Dapatkan pendampingan profesional mulai dari penulisan hingga submit.

Source : https://journal.idscipub.com/psychosocia/article/view/371

https://www.idscipub.com

Tinggalkan Balasan