Kesejahteraan Psikologis Remaja dan Pengaruhnya terhadap Perilaku Kriminal
Di tengah meningkatnya perhatian terhadap isu kenakalan remaja, kasus kriminal seperti pencurian semakin menjadi sorotan, terutama di berbagai Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Salah satu lokasi yang mencerminkan fenomena ini adalah LPKA Bandung, di mana pencurian tercatat sebagai kasus paling dominan dibanding jenis kejahatan lainnya, seperti kekerasan atau penyalahgunaan narkoba.
Lebih lanjut, penting untuk dipahami bahwa tindakan pencurian yang dilakukan remaja tidak semata-mata disebabkan oleh faktor ekonomi. Justru, kesejahteraan psikologis remaja memainkan peran krusial yang sering kali terabaikan. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih holistik sangat dibutuhkan untuk memahami latar belakang perilaku menyimpang ini.
Temuan Penting dari Penelitian di LPKA Bandung
Penelitian terhadap 36 remaja laki-laki di LPKA Bandung mengungkap beberapa data penting:
- Sebanyak 55% menunjukkan tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah.
- Sebanyak 50% berada pada kategori rentan mengulangi pelanggaran.
- Hanya 5% dari mereka yang menunjukkan perilaku kriminal ekstrem.
Dengan kata lain, hasil ini menunjukkan bahwa remaja dengan kondisi mental yang tidak stabil lebih rentan terlibat kembali dalam tindak kriminal. Maka dari itu, intervensi psikologis perlu menjadi bagian penting dalam upaya rehabilitasi.
Mengapa Kesejahteraan Psikologis Berpengaruh?
Untuk memahami lebih dalam, kita perlu melihat faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kesejahteraan psikologis memicu tindakan kriminal. Pertama, remaja yang merasa tidak memiliki kendali atas hidupnya cenderung bertindak impulsif. Kedua, tekanan dari lingkungan sosial, stigma masyarakat, serta konflik dalam keluarga dapat memperburuk kondisi emosional mereka.
Selanjutnya, ketika seorang remaja merasa bahwa hidupnya tidak memiliki arah atau makna, ia cenderung melakukan tindakan berisiko tanpa mempertimbangkan masa depan. Tak hanya itu, kurangnya perhatian atau dukungan dari orang terdekat juga membuat mereka lebih mudah terseret ke dalam lingkungan negatif.
Solusi: Terapi Berbasis Keluarga dan Dukungan Lingkungan
Sebagai solusi, penelitian ini merekomendasikan terapi berbasis keluarga sebagai pendekatan yang efektif. Pertama-tama, pendekatan ini bertujuan untuk memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan remaja agar mereka merasa dihargai dan diterima.
Selain itu, terapi ini juga mengajarkan keterampilan mengelola emosi dan menyelesaikan masalah secara sehat. Di sisi lain, lingkungan keluarga yang kondusif juga dapat membantu menanamkan nilai-nilai positif seperti empati dan tanggung jawab.
Tak hanya keluarga, peran sekolah dan masyarakat juga tak kalah penting. Melalui bimbingan, pembelajaran bermakna, serta penciptaan ruang aman untuk bertumbuh, lingkungan sekitar dapat menjadi fondasi kuat bagi perubahan positif dalam diri remaja. Temuan ini mendorong penyusunan kebijakan melalui langkah-langkah berikut:
- Menyediakan layanan konseling yang mudah diakses bagi remaja berisiko.
- Mengedukasi keluarga agar lebih peduli terhadap kesejahteraan psikologis anak.
- Mengembangkan kegiatan positif seperti pelatihan keterampilan, olahraga, atau seni.
- Menghapus stigma terhadap Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) agar mereka memiliki kesempatan untuk berubah.
Dengan demikian, masyarakat tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga turut aktif membentuk lingkungan yang mendukung pertumbuhan psikologis remaja. Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan bahwa kesejahteraan psikologis remaja adalah faktor kunci dalam mencegah perilaku kriminal seperti pencurian. Oleh sebab itu, upaya pencegahan tidak bisa hanya berfokus pada sanksi hukum, tetapi juga harus menyentuh aspek psikologis dan sosial remaja secara mendalam. Melalui pendekatan keluarga, dukungan sekolah, serta keterlibatan masyarakat, remaja yang pernah tersandung kasus kriminal pun dapat kembali ke jalur positif dan memiliki masa depan yang lebih cerah.
Jika kamu memiliki penelitian serupa dan ingin menerbitkannya di jurnal ilmiah nasional atau internasional, IDSCIPUB siap mendampingi.
Source : https://journal.idscipub.com/psychosocia/article/view/376